Penulis : Umar
Datuk Syamsudin Malin Kayo disebut julukan Pendekar PalimoTambang merupakan pahlawan Kab Kampar bertempat di Tambang ( Danau Bingkuang ) yang gugur saat agresi militer Belanda pada tahun 1948 Masehi
TAMBANG, Detik19.com — Silsila Dt Syamsudin Malin Kayo disebut juga Pendekar Palimo yang memiliki kesaktian semasa itu dan Pendekar Palimo, kemudian tahun 1948 M, dan Dt. Syamsudin wafat pada hari Jum’at sore tanggal 31 Desember 1948 di rumah kediamannya di Danau Bingkuang, di kuburan Dt Syamsudin saat di kubur tertulis di plank Batu Nisan tanggal dia wafat, Senin 30/05/2022
Mencari Tahu Keberadaan Dt Syamsuddin Malin Kayo, Pandekar Palimo Tambang
Penasaran dengan keberadaan Makam Pahlawan Pandekar Palimo Tambang, Dt.Syamsuddin Malin Kayo.
Dilihat dari bentuk rumah tersebut, Dr.Syamsuddin “mungkin” bukan orang biasa. Kalau tidak pribadi yang kaya, bisa saja beliau seorang yang memiliki jabatan dalam bermasyarakat.
Lainnya, atas gelar yang ia sandang, Palimo merupakan gelar adat yang merujuk pada kemampuan seseorang dalam menguasai ilmu bela diri.
Begitu juga atas gelar “Malin Kayo”. Gelar adat yang mengisyaratkan bahwa figur yang kita ceritakan bisa saja seorang yang memiliki kemampuan intelektual Islam.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut tengah dirangkai, melalui berbagai teknik pengumpulan data dan fakta terhadap sosok Dt.Syamsuddin.
Apalagi dari informasi yang dikumpulkan berdasarkan pengetahuan beberapa orang warga di Danau Bingkuang,-red)
terungkap suda bahwa Dt Syamsuddin Malin Kayo adalah bekas “Wali Nagoyi” Danau Bingkuang ” yang mati dibunuh secara keji memakai senjata laras panjang oleh gerombolan tentara Belanda yang mengepung rumah tinggalnya, setelah mengetahui keberadaan beliau dari hasil pelacakan jaringan kabel “telepon/telegram” yang dimiliki Dt.Syamsudin Malin Kayo.
Cerita lainnya, darah segar membasahi lantai papan rumah tersebut, setelah ia berjuang sekuat tenaga dengan senjata seadanya guna membela diri.
Tapi, jumlah pasukan Belanda pada saat itu jauh lebih banyak untuk dilawan, kendati kisah heroik itu menjadi pinta terakhir atas kehidupannya di dunia, demi untuk membela harga diri rakyat dan bangsanya yang dijajah Belanda. **
Sumber Ninik mamak Muliyas, MH ( Dt godang ) Kenegrian Tambang Terantang